Suara Ironi
Malam ini aku mendengar sedikit pembicaraan tetangga kamar yang dalam waktu dekat hendak wisuda bersama ponsel genggamnya. Katanya ia berusaha menamatkan perjalanan sarjananya hanya karena ingin membayar penuh harapan orang tuanya. Dia bahkan tidak tahu hendak apa setelah gelar itu didapatkan. Percakapannya kurang lebih seperti "nih, mah, pah; aku udah lunas memenuhi harapan kalian berada di jurusan ini". Aku yang terkantuk seroma dikagetkan bayang-bayang yang gelap. Bukan hanya menyeramkan tapi juga penuh sangkalan. Apakah iya, niat yang samar itu benar-benar lebih dimudahkan? Entahlah. Pada akhirnya aku hanya tenggelam pada pancarona pikiranku sendiri.
Ya mungkin barangkali memang terlihat mudah, ya mungkin barangkali memang terlihat biasa, ya mungkin barangkali memang terdengar ironi. Tapi meskipun barangkali-barangkali tersebut berterbangan dalam batinku, lagi-lagi kantuk tetap menjadi penguasaku saat ini.
Sudahlah, selamat tidur untuk menyiapkan mental esok hari.
— Narasi Pendek — Akhyatun Nisa
Req, kritik, & saran pls contact me : satukarya.ayaa@gmail.com